Banyak bisnis sudah punya strategi hebat. Tapi kenapa tetap jalan di tempat?
Semua pemilik bisnis ingin tumbuh cepat.
Banyak yang percaya, untuk mencapainya dibutuhkan strategi yang kuat entah itu ekspansi pasar, digitalisasi, atau inovasi produk. Tapi kenyataannya, strategi saja tidak cukup.
Banyak bisnis tetap jalan di tempat meski sudah punya roadmap hebat. Karena ada satu hal yang sering luput diperhatikan, kekompakan tim.
Secepat apa pun ide dan strategi, kalau orang-orang di dalamnya tidak seirama, maka bisnis hanya akan sibuk di kertas tapi pincang dalam eksekusi.
Ketika Ambisi Lebih Cepat dari Kondisi
Kita sering melihat perusahaan yang tertinggal dari pasar mulai panik. Mereka menyusun strategi besar-besaran, merekrut tim digital baru, bahkan menyewa konsultan untuk memoles penampilan. Tapi di balik layar, kondisi internalnya sedang kacau. Tim tidak saling percaya. Koordinasi antar divisi berantakan. Banyak konflik yang tidak pernah benar-benar selesai.
Dalam kondisi seperti itu, strategi justru bisa menjadi jebakan. Karena strategi hanya bisa melaju jika ada tim yang mampu mengeksekusinya bersama-sama. Dan tim hanya bisa mengeksekusi kalau di dalamnya ada kepercayaan, keterbukaan, dan arah yang sama.
Masalah Nyata Ada di Dalam, Bukan di Pasar
Sebuah bisnis tidak bisa melaju cepat jika mesinnya sendiri tidak stabil. Dan mesin itu bukan tools atau sistem digital melainkan orang-orang di dalamnya.
Saat tim tidak sejalan, rencana terbaik pun menjadi gagal jalan. Energi bocor di rapat-rapat yang penuh ego. Fokus terpecah karena drama antardepartemen. Keputusan besar pun kehilangan kekuatan, karena dasar kepercayaannya sudah rapuh.
Masalah seperti ini tidak muncul tiba-tiba. Ia tumbuh diam-diam. Dimulai dari visi yang tidak disepakati bersama. Lalu muncul ketegangan antar individu. Lalu melebar menjadi sistem kerja yang tak saling menyambung. Dan tiba-tiba, satu perusahaan penuh dengan orang-orang yang sibuk sendiri-sendiri—bukan karena malas, tapi karena tidak ada arah bersama.
Bukan Strategi Dulu, Tapi Satukan Dulu Orang-Orangnya
Langkah pertama untuk memperbaiki kecepatan pertumbuhan bukan menyusun ulang strategi, tapi menyatukan ulang kepercayaan.
Kumpulkan kembali tim inti. Bukan untuk menegaskan jabatan, tapi untuk mendengarkan ulang arah.
Tanyakan:
“Sebenarnya kita ingin membawa bisnis ini ke mana?”
“Apakah kita masih percaya satu sama lain untuk mencapainya?”
Saat pertanyaan itu dijawab dengan jujur, biasanya akan muncul kejelasan. Siapa yang masih punya semangat. Siapa yang kehilangan arah. Dan siapa yang bisa jadi penggerak asal diberi ruang untuk tumbuh bersama.
Setelah itu, barulah struktur kerja dan sistem komunikasi diperbaiki. Satu per satu. Dengan pola yang sehat. Dengan budaya kerja yang lebih adil. Dengan komunikasi yang lebih terbuka.
Eksekusi Butuh Tim Kecil yang Utuh, Bukan Semua Langsung Bergerak
Ketika tim mulai kompak kembali, jangan langsung menggerakkan semuanya. Mulailah dari tim kecil yang kuat dan bisa bergerak cepat. Biarkan mereka jadi pelopor.
Berikan mereka mandat sederhana tapi bermakna.
Lalu perlihatkan hasilnya pada tim yang lain.
Dari situ, organisasi bisa mulai mendapatkan momentum yang sehat.
Pertumbuhan bisnis memang butuh strategi. Tapi strategi yang besar pun akan gagal jika tidak dijalankan oleh tim yang kompak. Karena kecepatan bisnis bukan datang dari ide yang paling cemerlang, tapi dari eksekusi yang paling selaras.
Dan keselarasan itu dimulai dari hubungan antarmanusia yang sehat di dalam organisasi.
Penulis : Slamet Sucahyo
Editor : Moh. Rizqo