Jaga Energi, Jaga Lingkaran.

energi

Waktu itu, Kadir cuma duduk ngopi sebentar bareng Dirun, teman lama yang nggak sengaja ketemu di warung kopi langganan di bilangan Mastrip. Obrolannya ringan tentang kerjaan, hidup, dan rencana kecil-kecilan. Tapi anehnya, setelah ngobrol setengah jam, kadir pulang dengan kepala yang lebih terang dan hati yang entah kenapa lebih tenang. Rasanya kayak baterai yang energi terisi ulang, padahal barusan nggak ada yang luar biasa terjadi. Memang selama di sekolah mereka klop, serba cocok. Bahkan kepala sekolah memberi nama keduanya Kadirun, ya Kadir dan Dirun dua sahabat karib ikon kolaborasi di sekolah.

 

Beberapa hari setelahnya, Kadir ketemuan lagi kali ini sama teman lain yang juga udah lama nggak ketemu. Tapi beda. Sepanjang obrolan, isinya keluhan. Tentang hidup yang nggak adil, orang lain yang bikin kesel, dan betapa dunia selalu salah sama dia. Kadir pulang bukan cuma capek, tapi kayak bawa beban yang bukan miliknya. Malam itu ia sadar, energi orang bisa nempel, bisa nular. Dan tanpa sadar, itu ikut membentuk suasana hati. 

 

Lingkungan Emosional Itu Diam-Diam Menentukan Arah 

Lama-lama jadi mikir, kalau cuma ngobrol sebentar bisa ngasih efek segitu besar, gimana kalau itu terjadi setiap hari? Gimana kalau Ia kerja bareng orang-orang yang setiap pagi udah nyebarin aura stres? Atau nongkrong rutin bareng orang yang hobinya ngomel, nyinyir, dan menyalahkan dunia? 

Tanpa sadar, Ia bisa ikut kebawa. Bukan karena lemah, tapi karena manusia memang diciptakan untuk menyerap emosi dari sekitar. Manusia belajar, berpikir, dan bahkan meniru cara orang lain merespons hidup. Kalau tiap hari yang dilihat adalah keluhan, kemarahan, dan pesimisme, bisa jadi pelan-pelan hal itu dikira normal. Jadi terbiasa merasa lelah, mudah negatif, dan susah melihat harapan. Padahal itu bukan Ia yang asli. Hal yang terbentuk dari lingkungan. 

 

Ternyata itu yang dirasakan Kadir.  

Tapi untungnya, ini juga berlaku sebaliknya. Saat kita sering bersama orang-orang yang jujur, positif, semangat, dan bisa melihat sisi baik bahkan di hari paling berantakan, kita ikut belajar cara mereka menghadapi hidup. Kita jadi lebih kuat, lebih fokus, dan lebih ringan menjalani hari. Tanpa harus diceramahi, energi mereka mengajarkan kita banyak hal. 

 

Kita Nggak Cuma Berteman Kita Juga Terbentuk

Setelah momen-momen itu, Kadir mulai lebih sadar. Selama ini Ia berpikir, memilih teman itu cuma soal cocok atau nggaknya. Tapi ternyata lebih dalam dari itu. Setiap kali dekat dengan seseorang, bukan cuma berbagi cerita. Tapi juga saling tukar energi, cara pandang, dan cara hidup. Dan itu pelan-pelan nempel. 

Teman yang tiap pagi bangun dengan semangat dan tetap tenang saat masalah datang, secara nggak langsung ngajarin untuk tetap waras dan jalan terus. Sebaliknya, teman yang selalu curiga sama orang lain, selalu marah sama keadaan, bisa bikin kita ikut berpikir dunia ini gelap, walau sebenarnya nggak segelap itu. 

Lama-lama Kadir sadar, memang nggak bisa sepenuhnya menghindari orang-orang yang negatif. Tapi kita bisa milih seberapa dekat mereka boleh masuk ke hidup kita? Apakah mereka cuma sebatas kenalan, atau jadi lingkaran dalam yang tiap hari ikut warnai cara kita mikir? 

 

Pilih Lingkaranmu, Pilih Masa Depanmu 

Kadir mulai lebih hati-hati. Bukan jadi pilih-pilih secara berlebihan, tapi lebih sadar-energi itu bisa menular, dan energi yang salah bisa menjauhkan kita dari versi terbaik diri sendiri. Kadir mulai cari orang-orang yang nggak sempurna, tapi mau tumbuh. Yang bisa diajak ngobrol jujur tanpa saling menjatuhkan. Yang kalau dia sukses, dia ngajak naik, bukan ninggalin. Yang kalau Kadir jatuh, dia nggak sok bijak, tapi juga nggak diam aja. 

Karena pada akhirnya, siapa yang paling sering ada disekitar kita, merekalah yang tanpa sadar bantu arahkan kemana hidup kita berjalan. Lingkungan yang suportif bisa jadi pembeda antara stagnan dan berkembang, antara menyerah dan bangkit lagi. 

 

Energi Itu Investasi 

Energi positif bukan cuma soal senyum dan kata-kata manis. Tapi tentang niat baik, semangat jujur, dan ketulusan yang bisa kerasa walau tanpa banyak kata. Dan kalau kita bisa berada di antara orang-orang yang bawa energi itu, hidup akan terasa lebih ringan, bahkan di masa-masa sulit. 

Jadi, jaga energimu. Dan jaga siapa yang kamu izinkan masuk ke dalam lingkaran itu. Karena hidup ini terlalu singkat untuk terus menyerap energi yang bikin kita berhenti jadi diri sendiri. 

Penulis : Slamet Sucahyo
Editor : Moh. Rizqo

Exit mobile version