“Semua orang ingin melewati jalan pintas agar cepat sampai, tapi tidak semua orang siap berjalan dengan tuntunan.”
Namanya Raka. Seorang pengusaha muda yang baru saja membuka usaha kopi kekinian di tengah kota. Ia punya modal cukup, semangat berlebih, dan mimpi besar. Yang kurang hanya satu: kesabaran untuk dibimbing.
Raka bertemu dengan Coach Dani saat mengikuti program inkubasi bisnis selama 6 bulan. Di minggu pertama, Coach Dani sudah langsung menangkap potensi besar dari Raka. Bukan hanya karena idenya yang menarik, tapi juga karena energi yang ia pancarkan. Sayangnya, seiring waktu berjalan, Raka lebih sering berjalan sendiri.
Saat Coach Dani meminta Raka melakukan riset kecil tentang segmentasi pelanggan, Raka mengeluh, “Saya sudah tahu siapa target saya, Coach. Anak muda, kan, semua suka kopi.”
Saat disarankan untuk memperbaiki sistem pencatatan keuangan, Raka menanggapi dengan santai, “Nanti saja kalau sudah rame. Sekarang masih gampang diingat kok.”
Saat diajak menyusun roadmap strategi 3 bulan ke depan, ia malah menjawab, “Saya jalanin aja dulu. Nggak usah terlalu ribet direncanain.”
Minggu demi minggu berlalu.
Sementara mentee lain mulai menunjukkan perbaikan ada yang berhasil meningkatkan omzet, ada yang berhasil efisienkan biaya bisnis Raka mulai goyah. Promo yang ia buat tidak konsisten. Stok sering bocor. Karyawan keluar masuk. Bahkan relasi bisnisnya mulai renggang karena ia terlalu sering mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang matang.
Coach Dani tidak sekali dua kali mencoba mengajak Raka duduk bersama, mengevaluasi, dan memperbaiki strategi. Tapi Raka selalu merasa punya “jalan pintas” sendiri. Ia percaya nalurinya. Ia yakin insting bisnisnya lebih tajam dari spreadsheet dan analisis.
Sampai pada bulan keempat, kedai kopi Raka tutup sementara. Ia kehabisan cashflow. Utang vendor menumpuk. Dan yang paling menyakitkan baginya ia merasa sendirian.
Raka akhirnya kembali menemui Coach Dani, kali ini dengan wajah yang jauh lebih tenang. “Coach, seandainya waktu bisa diulang, saya ingin lebih mendengarkan.”
Coach Dani hanya tersenyum. “Setiap jalan pintas yang diambil tanpa dasar, biasanya justru memperpanjang perjalanan.”
_____
Bimbingan dalam coaching dan mentoring bukanlah jalan sempit yang membatasi kreativitas. Ia adalah pagar agar tidak jatuh ke jurang. Banyak pengusaha yang gagal bukan karena kurang cerdas, tapi karena terlalu percaya diri tanpa kerangka. Terlalu banyak bergerak tanpa arah.
Komitmen dalam proses coaching adalah komitmen pada proses bertumbuh. Ia butuh kerendahan hati untuk belajar. Butuh kesabaran untuk membangun, bukan sekadar bereksperimen.
Karena sejatinya, mentor bukan pencetak hasil. Ia hanya penunjuk jalan. Dan hasil hanya datang kepada mereka yang berjalan dengan kesungguhan.
Pernah mengalami pengalaman coaching yang tidak berjalan optimal? Bagikan ceritamu di kolom komentar atau ikuti kelas reflektif bersama PiawaiBisnis untuk membangun ulang arah bisnismu.
Penulis : Slamet Sucahyo
Editor : Moh. Rizqo