Di setiap organisasi bisnis baik skala besar atau kecil, lama atau baru konflik itu hal yang wajar. Tapi sering kali, masalah bukan muncul karena perbedaan pendapat, melainkan karena komunikasi yang tidak berjalan dengan baik.
Pesan yang tidak jelas, instruksi yang membingungkan, atau informasi yang tidak lengkap bisa jadi sumber salah paham. Dan dari situlah muncul konflik, gesekan, bahkan kerugian yang semuanya mahal harganya.
Setiap konflik yang tumbuh dari komunikasi yang lemah, memunculkan ongkos yang amatlah mahal antara lain :
Kerugian Finansial
Kesalahan komunikasi bisa bikin proyek gagal, target meleset, atau muncul biaya tak terduga. Contohnya, proyek yang penyelesaiannya melewati batas waktu yang disepakati, karena tim tidak sepaham dengan instruksi leader berujung menjadi kerugian finansial karena terkena penalty.
Buang-buang Waktu
Konflik internal yang muncul karena miskomunikasi membuang waktu produktif untuk klarifikasi, mediasi, dan perbaikan. Waktu yang seharusnya dipakai untuk kerja produktif malah habis untuk klarifikasi, rapat tambahan, atau revisi yang berulang.
Kuras Energi
Tim jadi lelah secara mental karena harus terus menjelaskan ulang, meluruskan miskomunikasi, atau menghadapi drama yang sebenarnya bisa dicegah. Sebagai contoh terjadi kesalahan dalam pernyataan di publik sehingga harus dilakukan klarifikasi, padahal semua itu bisa dicegah kalau koordinasinya bagus dari awal.
Merusak Hubungan & Emosi
Nada bicara yang salah atau komunikasi yang kurang empatik bisa menyakiti perasaan dan menurunkan semangat kerja. Contohnya rengganggnya hubungan antar tim akibat miskomunikasi sehingga kerja sama melemah dan hasil kerja memburuk.
Menjatuhkan Reputasi
Dalam skala besar, miskomunikasi bisa mencoreng reputasi perusahaan atau bahkan menyebabkan krisis. Contoh kasusnya pernyataan publik yang tidak tepat dalam merespon komplain sehingga menurunkan reputasi dan kepercayaan dan berujung menurunnya performa bisnis dalam jangka panjang. Contoh lain Ketidaksesuaian antara janji pemasaran dan layanan sehingga berdampak kehilangan kepercayaan pelanggan.
Menjaga komunikasi bukan tugas satu orang karena itu budaya. Dan budaya yang sehat, menghasilkan bisnis yang bertahan.
Sehingga penting mencanangkan beberapa program yang efektif dan solutif sebagai upaya meminimalisir potensi konflik.
Budayakan Komunikasi Terbuka dan Dua Arah
Komunikasi efektif bukan hanya soal menyampaikan, tapi juga membuka ruang untuk mendengar. Dalam organisasi yang sehat, semua level individual harus merasa aman untuk bertanya, mengklarifikasi, atau memberikan pendapat.
Implementasikan Komunikasi Asertif dan Empatik
Komunikasi asertif artinya menyampaikan pendapat secara lugas tanpa menyerang. Sedangkan empatik berarti memahami perasaan atau perspektif lawan bicara. Keduanya membentuk komunikasi yang jelas namun tetap menjaga hubungan. Landasan yang penting yang melingkupi keduanya adalah saling meletakan ego pribadi untuk berfokus pada kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan organisasi.
Gunakan Media Komunikasi yang Tepat
Tidak semua hal bisa disampaikan lewat pesan teks. Topik sensitif, strategis, atau yang butuh klarifikasi langsung sebaiknya dibahas lewat tatap muka atau video call. Chat cocok untuk konfirmasi atau info singkat. Media komunikasi yang tidak tepat berpontensi melemahkan pemahaman dan memperbesar peluang miskomunikasi.
Pastikan Tim Paham
Banyak pemimpin mengira informasi sudah dipahami, padahal hanya tersampaikan. Evaluasi bukan hanya untuk menguji pengetahuan, tapi juga memastikan semua pihak menafsirkan informasi dengan cara yang sama. Kesalahan pemahaman terhadap memperbesar potensi timbulnya ongkos-ongkos yang tidak perlu.
Dokumentasikan Keputusan
Komunikasi lisan rentan dilupakan, disalahartikan, atau diputarbalikkan. Dokumentasi membantu menjaga kejelasan dan akuntabilitas, terutama dalam proyek lintas divisi atau keputusan strategis. Dokumentasi sangat penting untuk dasar evaluasi sehingga menjadi landasan continous improvement dalam hal komunikasi dan koordinasi antar lini. Lebih lagi dokumentasi ini adalah salah indikator penilaian apakah manajemen sudah dalam kategori baik atau belum.
Komunikasi yang buruk tidak selalu terasa di awal tapi perlahan, ia menggerogoti produktivitas, merusak kepercayaan, dan menelan biaya yang sangat mahal.
Maka sebelum konflik membesar, mari perkuat komunikasi. Karena seringkali, menyampaikan dengan baik jauh lebih murah daripada memperbaiki yang sudah rusak.
Penulis : Moh. Rizqo
Editor : Moh. Rizqo