“ Hasil cepat mungkin memenangkan perlombaan, tapi proses kuat memenangkan maraton “
Pernah melihat perusahaan yang tiba-tiba booming lalu jatuh dalam waktu singkat? Atau bisnis yang awalnya lambat, tapi akhirnya jadi raksasa yang tak tergoyahkan?
Kuncinya bukan sekadar di target. Tapi di cara mereka melihat proses dan hasil.
Dalam dunia bisnis, ada dua gaya kepemimpinan yang sering kali membentuk jalan cerita perusahaan, gaya yang mengedepankan hasil dan gaya yang mengedepankan proses. Keduanya bisa membawa perusahaan menuju sukses besar, atau justru ke arah yang penuh jebakan tergantung bagaimana diterapkannya.
Gaya Kepemimpinan Berorientasi Hasil
Pemimpin berorientasi hasil percaya bahwa tujuan akhir adalah segalanya. Bagi mereka, kesuksesan diukur dari seberapa besar pertumbuhan, omzet, laba, atau pencapaian angka-angka lain yang terlihat nyata.
Biasanya, mereka menetapkan target tinggi, mendorong tim untuk mencapainya dengan cepat, dan mengukur keberhasilan dari kecepatan serta skala hasil yang diraih. Pendekatan ini membawa energi kompetitif yang tinggi dalam tim. Semua orang terdorong untuk berlari lebih cepat, mengambil keputusan cepat, dan fokus menuntaskan tugas.
Namun, ada konsekuensi yang datang bersama kecepatan itu.
Tanpa perhatian yang cukup pada kualitas proses, perusahaan bisa mengalami masalah tersembunyi yang meledak di kemudian hari. Resiko lain adalah budaya kerja yang penuh tekanan, meningkatkan peluang karyawan mengalami burnout atau kehilangan loyalitas karena merasa hanya dihargai sebatas angka.
Contohnya bisa kita lihat pada Tesla di bawah kepemimpinan Elon Musk.
Dorongan untuk mencapai target produksi Model 3 secara agresif memang menghasilkan perubahan besar dalam industri otomotif. Namun, di balik keberhasilan itu, ada cerita tentang tekanan ekstrem, jam kerja brutal, dan tingkat turnover karyawan yang cukup tinggi.
Gaya Kepemimpinan Berorientasi Proses
Di sisi lain, pemimpin berorientasi proses percaya bahwa bagaimana cara mencapai tujuan sama pentingnya dengan tujuan itu sendiri. Mereka memandang setiap langkah dalam perjalanan bisnis sebagai pondasi yang menentukan kekuatan jangka panjang perusahaan.
Pemimpin tipe ini fokus membangun sistem, menguatkan budaya kerja, memperbaiki SOP, dan mendorong pembelajaran berkelanjutan. Alih-alih mendorong tim hanya untuk mencapai target instan, mereka lebih mengutamakan konsistensi, kualitas, dan daya tahan.
Keuntungan dari pendekatan ini terlihat jelas dalam stabilitas dan keberlanjutan bisnis. Tim merasa lebih dihargai, lebih loyal, dan lebih berkembang secara profesional.
Namun, ada juga tantangan yang perlu disadari.
Kadang-kadang, fokus berlebih pada proses bisa memperlambat eksekusi. Ada risiko terjebak dalam perfeksionisme atau kehilangan momentum di pasar yang bergerak cepat.
Toyota adalah contoh nyata dari filosofi ini.
Dengan prinsip Kaizen (perbaikan berkelanjutan), Toyota memilih memperkuat kualitas internal sedikit demi sedikit. Mereka tidak mengejar pertumbuhan instan, melainkan membangun reputasi melalui ketahanan, kualitas, dan kepercayaan pasar yang tumbuh kuat dalam jangka panjang.
Dampak Gaya Kepemimpinan terhadap Perusahaan dan Tim
Gaya kepemimpinan berorientasi hasil sering kali membentuk budaya kerja yang penuh energi, ambisi, dan tekanan kompetitif tinggi. Dalam jangka pendek, ini bisa membawa performa luar biasa. Tanpa fondasi yang kuat, tekanan terus-menerus ini bisa membuat bisnis rapuh di masa depan, terutama dalam menghadapi perubahan besar.
Sebaliknya, gaya berorientasi proses menghasilkan budaya kerja yang lebih stabil dan kolaboratif. Tim merasa bertumbuh bersama, dan perusahaan lebih siap beradaptasi dengan tantangan jangka panjang. Kelemahannya adalah kecepatan bisa menjadi korban jika terlalu hati-hati dalam bertindak.
Dalam jangka panjang, pemimpin yang mampu menyeimbangkan orientasi hasil dan proses biasanya akan membangun perusahaan yang bukan hanya cepat menang, tapi juga tahan lama.
Mana yang Harus Dipilih?
Jawabannya bukan memilih salah satu.
Pemimpin hebat memahami kapan mereka perlu menjadi “pelari sprint” untuk mengejar momentum, dan kapan menjadi “pelari maraton” untuk membangun ketahanan.
Saat peluang pasar muncul cepat, fokus pada hasil adalah keharusan.
Tapi saat membangun sistem internal, budaya kerja, dan inovasi jangka panjang, fokus pada proseslah yang akan menyelamatkan bisnis. Tidak semua momen dalam perjalanan bisnis membutuhkan gaya yang sama. Fleksibilitas dan kesadaran inilah yang membedakan pemimpin biasa dengan pemimpin yang piawai. Karena dalam dunia nyata, yang cepat belum tentu bertahan, dan yang bertahan pasti pernah memperbaiki prosesnya.
Kami menyebutnya ini dengan pemimpin yang tahu kapan harus tarik dan kapan harus ulur. Ya Mampu menempatkan kapan tarik dan ulur.
Action Point untuk Pemimpin Bisnis
Kalau kamu ingin mengembangkan gaya kepemimpinan yang lebih seimbang, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana :
- Apakah aku terlalu fokus pada hasil sampai mengorbankan kualitas proses?
- Apakah aku terlalu perfeksionis sampai kehilangan momentum eksekusi?
- Apakah timku merasa berkembang, atau hanya dibebani target?
- Apakah budaya kerja di perusahaanku mendukung pertumbuhan jangka panjang?
- Kapan terakhir kali aku mengevaluasi apakah gaya kepemimpinan ini masih relevan dengan fase bisnis saat ini?
Kuncinya ada pada fleksibilitas dan kesadaran situasional.
Karena kadang, mengubah cara kita memimpin adalah kunci untuk membuka pertumbuhan baru.
Penulis : Slamet Sucahyo
Editing : Moh. Rizqo