Ada Peluang Awas Hilang.

Ternyata BEP Tidak Cukup dalam Memberikan Rekomendasi dalam Ekspansi Bisnis.

peluang

Ada peluang Awas Hilang.
Bisakah buka cabang asal-asalan.

Sudah menjadi wajib bagi produk ada di depan pelanggan kapan pun. Semakin mudah di dapatkan, semakin tersedia, semakin perform. Ini dikenal dengan ketersediaan produk (product visiblity). Visibilitas Produk adalah segala upaya yang dilakukan sejauh mana suatu produk dapat terlihat, dikenali, dan diperhatikan oleh target pasar di berbagai saluran pemasaran dan distribusi. Semakin tinggi visibilitas suatu produk, semakin besar peluangnya untuk menarik perhatian pelanggan dan meningkatkan penjualan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi visibilitas produk antara lain :

  1. Lokasi & penempatan produk
  2. Branding & Kemasan
  3. Strategi SEO & Visibiltas Online
  4. Iklan & Promosi
  5. Keberadaannya diberbagai saluran disribusi
  6. Review & Testimoni

Keberadaan sebuah produk pada semua saluran distribusi (distribution chanel) merupakan salah satu pilihan strategi agar sebuah produk selalu nampak di depan mata pelanggan. Semakin merata distribusi (keberadaan) sebuah produk maka semakin besar peluang untuk didekati dan dipilih pelanggan. Distribusi yang merata atau dikenal dengan distribution coverage dapat ditempuh dengan salah satunya menjangkau titik-titik distribusi di tengah pelanggan.

Kemerataaan saluran distribusi dihitung dalam satuan rasio dimana semakin besar nilai rasio distribution coverage maka semakin merata produk di tengah pelanggan (market) dan peluang mengambil alih pasar (akusisi pasar) semakin terbuka. Sehingga dengan segala pertimbangannya maka upaya ini biasa dilakukan oleh sebuah bisnis untuk mencapainya adalah dengan melakukan ekspansi atau pembukaan cabang baru.

Umumnya upaya ekspansi ini dilakukan dengan melihat peluang masuk (penetrasi) ke pasar yang dituju. Anda dapat melakukan sebuah studi kelayakan (feasibility study) atas rencana ekspansi tersebut sebagai bahan kajian yang memberikan rekomendasi bahwa rencana ekspansi tersebut layak atau tidak layak.

Secara umum dan berkembang di kalangan pengusaha adalah penggunaan perhitungan BEP (break event point) sebagai dasar kelayakan rencana ekspansi (investasinya). Mereka berpatokan bahwa jika nilai BEP terpenuhi maka rencana ekspansinya dinyatakan layak. Padahal, BEP hanya memberikan informasi terkait :

  1. Kapan bisnis balik modal, hanya balik modal tapi tidak memberikan gambaran berapa nilai keuntungan di masa depan.
  2. Mementukan nilai penjualan minimal, untuk mencapai balik modal sementara investor tidak hanya ingin tahu kapan balik modal tapi juga berapa potensi keuntungannya.

BEP bukan tidak tepat, namun tidak cukup karena ada beberapa kelemahan penggunaan BEP dalam metode perhitungan kelayakan investasi, diantaranya adalah :

  1. Tidak mempertimbangkan waktu pengembalian modal, bukannya hal ini yang menjadi isu kritis bagi investor dan bukan hanya sekedar titik impas (break event point) tapi potensi keuntungan yang lebih reallistis.
  2. Tidak mengukur profitabilitas jangka panjang, karena faktor waktu di masa depan tidak diperhitungankan maka nilai mata uang di masa depan (time value of money) juga tidak dapat diperkirakan.
  3. Tidak mempertimbangkan risiko dan faktor ekternal, kondisi internal dan ekternal bisnis sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan bisnis. BEP tidak menyertakan variabel resiko dalam perhitungannya sehingga BEP dinilai kurang sempurna dalam mengantisipasi kondisi demikian.
  4. Hanya fokus pada biaya tetap dan biaya variabel, sementara dalam kondisi sebenarnya (aktual) biaya operasional jauh lebih luas dari hanya kedua variabel ini.

Perhitungan BEP memang banyak menjadi pilihan dikalangan pengusaha karena metodenya yang relatif sederhana. Namun dibalik itu ada beberapa kelemahan yang perlu menjadi pertimbangan. Dan beberapa kelemahan-kelemahan penggunaan BEP seperti penjelasan di atas yang menjadi sebab ketidaksesuaian perencanaan investasi dengan kondisi aktual.

Jika BEP sebagai metode dinilai tidak maksimal memberikan rekomendasi kelayakan investasi maka pertanyaannya adalah metode apa yang lebih ideal?

 

Penulis : Slamet Sucahyo
Editor : Moh Rizqo

Exit mobile version