Dalam dunia bisnis, pertumbuhan adalah impian. Tapi tidak semua pertumbuhan membawa kebaikan. Ada pertumbuhan yang justru memperberat langkah, menyita sumber daya, dan membuat bisnis kehilangan kelincahan. Fenomena ini disebut bloat operation (operasi yang membengkak tanpa arah yang jelas).
Istilah ini memang lebih populer di dunia teknis. Tapi jika dicermati, pola yang sama sering terjadi dalam operasional bisnis sehari-hari. Tanpa disadari, banyak pelaku usaha yang membangun sistem, tim, bahkan rutinitas kerja yang semakin besar… tapi tidak semakin efisien.
Apa Itu Bloat Operation dalam Konteks Bisnis?
Bloat operation adalah kondisi ketika proses, struktur, atau aktivitas dalam bisnis tumbuh secara berlebihan, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan nilai. Operasi menjadi rumit, biaya bertambah, namun dampaknya terhadap pertumbuhan bisnis tetap datar-datar saja.
Bentuknya bisa muncul dalam berbagai rupa. Ada bisnis yang dengan cepat menambah staf tanpa mengoreksi alur kerja lama, padahal tugas-tugas sebenarnya masih bisa disederhanakan. Ada pula yang buru-buru membuka cabang baru hanya karena mengikuti optimisme sesaat, tanpa validasi pasar yang memadai. Ada bisnis yang menjalankan banyak program pemasaran bersamaan, tetapi tak satupun dari program tersebut dievaluasi secara menyeluruh dampaknya. Dan tak jarang juga, pelaku usaha berlangganan berbagai tools digital mahal yang sebenarnya tidak digunakan optimal.
Semua ini adalah contoh dari operasi yang bertambah secara kuantitatif, namun miskin efektivitas. Terlihat sibuk dari luar, namun kehilangan arah di dalam.
Tanda-Tanda Awal Operasi Sudah Membengkak
Biasanya, tanda-tandanya muncul secara halus. Misalnya, biaya operasional yang perlahan-lahan meningkat dari bulan ke bulan, tetapi omzet tetap stagnan. Atau proses kerja yang terasa semakin panjang, karena terlalu banyak tahapan persetujuan dan rapat, padahal keputusan yang keluar tetap lambat. Ada juga kondisi di mana seluruh tim tampak sangat sibuk, namun tidak jelas apa hasil terukur dari semua kesibukan itu. Dalam beberapa kasus, alur kerja justru menjadi semakin kompleks, terlalu banyak langkah, terlalu banyak tangan yang harus terlibat untuk menyelesaikan sesuatu yang sebenarnya sederhana.
Ketika satu atau dua hal ini muncul, bisa jadi itu hanya dinamika sementara. Tapi jika semuanya terjadi bersamaan dan berlangsung lama, besar kemungkinan bisnis sedang mengalami bloat operation.
Mengapa Bloat Operation Berbahaya?
Masalah terbesar dari operasi yang membengkak bukan hanya soal biaya yang bertambah. Dampak jangka panjangnya jauh lebih berbahaya. Fokus bisnis bisa terpecah, tim bisa mengalami kelelahan karena terus-menerus menangani hal-hal yang tidak berdampak, dan pelanggan bisa kehilangan pengalaman yang seharusnya menjadi prioritas utama.
Sistem yang terlalu rumit juga membuat adaptasi menjadi lambat. Saat pasar berubah cepat, bisnis dengan struktur gemuk dan membengkak cenderung lebih sulit bergerak. Di balik semua itu, terdapat biaya tersembunyi mulai dari langganan tools yang tidak dimanfaatkan, logistik yang tak efisien, hingga beban gaji yang tidak sebanding dengan output.
Lebih dari sekadar efisiensi, bloat operation melemahkan daya tahan bisnis menghadapi perubahan. Karena energi habis untuk mengelola hal-hal yang tidak penting, bukan memperkuat hal yang bernilai.
Bagaimana Cara Menghindari dan Mengoreksi Bloat Operation?
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah melakukan audit operasional secara berkala. Tinjau ulang alur kerja yang ada. Amati kembali siapa melakukan apa, dan bagaimana dampaknya terhadap hasil akhir. Proses yang tidak menghasilkan nilai sebaiknya dieliminasi atau dialihkan ke otomatisasi. Prinsipnya bukan memangkas demi menghemat, tapi memangkas demi menyederhanakan.
Selanjutnya, setiap aktivitas dalam bisnis perlu diukur dari dampaknya. Bukan dari seberapa sibuk aktivitas itu terlihat, tapi sejauh apa ia berkontribusi terhadap pertumbuhan indikator utama. Dalam banyak kasus, aktivitas yang rutin dilakukan belum tentu relevan dengan arah bisnis hari ini.
Penyesuaian juga perlu dilakukan terhadap ukuran organisasi. Menambah orang tidak selalu berarti bertumbuh. Terkadang, bisnis justru menjadi lebih kuat saat tetap ramping dan gesit. Struktur yang terlalu besar cenderung memunculkan birokrasi yang memperlambat pengambilan keputusan.
Dalam mendesain proses kerja, prinsip lean operation bisa dijadikan pegangan. Fokuskan sumber daya hanya untuk proses yang dibutuhkan pelanggan. Sisanya, perlu dikaji ulang apakah benar-benar masih relevan.
Dan terakhir, pilih alat bantu digital secara bijak. Bukan karena sedang tren, tapi karena benar-benar membantu mempercepat kerja tim. Tool yang baik bukan yang punya banyak fitur, tapi yang paling sering digunakan.
Bertumbuh Itu Perlu, Tapi Harus Sehat
Pertumbuhan yang baik bukan tentang bertambah besar, tetapi bertambah bermakna. Operasi bisnis yang sehat adalah yang ramping, terfokus, dan mudah disesuaikan. Ia membuat tim bekerja dengan ringan, membuat keputusan lebih cepat, dan membuat pelanggan merasakan pengalaman yang lebih utuh.
Maka sebelum menambah sesuatu dalam bisnis baik itu orang, proses, atau cabang baru selalu tanyakan ulang: apakah ini akan memperkuat arah, atau justru membebani langkah?
Penulis : Slamet Sucahyo
Editor : Moh. Rizqo